Sabtu, 28 Januari 2012

Mengenal Konsep Media Literacy

(Maria Ulfah, 01 08 034)

Dalam media televisi, konstruksi atas realitas sosial menempatkan individu sebagai subyek sekaligus obyek dalam konstruksi sosial, yang senantiasa melakukan konstruksi sekaligus mendekonstruksi realitas di media. Media menciptakan kesadaran palsu (kesadaran yang diciptakan media televisi) melalui hegemoni ideologinya. Kesadaran itu akan diolah atau direproduksi individu dan pada pokoknya dimungkinkan untuk mengekpresikannya kembali dengan bebas. Seberapa besar kesadaran individu akan adanya konstruksi atas realitas sosial di media televisi ditentukan oleh kemampuan atau daya kritis individu itu sendiri. Tanggapan atau respon sendiri didefinisikan sebagai serangkaian reaksi dari penerima pesan setelah melihat dan mendengar pesan-pesan berikut kemasannya yang dikirimkan oleh pihak pengirim pesan. Tanggapan ini secara tidak langsung akan mencerminkan tingkat melek media (media literacy) karena melek media merupakan sebuah kondisi di mana seseorang memiliki kemampuan untuk mengakses, menganalisis, mengevaluasi, dan mengkomunikasikan pesan. Pengertian ini merupakan rujukan dari pakar komunikasi dalam National Leadership Conference on Media Litreracy yang diselenggarakan di Amerika Serikat tahun 1992.  Media literacy dapat pula didefinisikan sebagai kemampuan mempelajari bentuk normal dari suatu media, secara kritis merespons isi media dan membandingkan isi tersebut dengan kenyataan yang ada di luar. 
Pada dasarnya, kedua definisi di atas menunjukkan bahwa media literacy ditentukan oleh pengetahuan, kewaspadaan, dan rasionalitas dari suatu proses pengolahan informasi secara kognitif. Jadi media literacy terkait dengan cara individu menyeleksi sumber informasi, teknologi, kode yang digunakan, pesan-pesan yang diproduksi dan diseleksi, interpretasi serta pengaruh dari suatu pesan. Seseorang dapat dikatakan memiliki kemampuan media literacy apabila ia mampu mengevaluasi dan menganalisis isi media, baik cetak maupun elektronik. Fungsi utama dari media literacy adalah membangun kekebalan atau pertahanan dari beragam pengaruh media massa. Dalam konsep ini diasumsikan bahwa bahasa konsumsi yang kritis akan menghasilkan produk yang kritis pula.  Adapun prinsip-prinsip utama dari media literacy yang perlu dipahami adalah: 
1.    Media are construction
Media menampilkan gambaran dunia kepada kita namun gambaran itu telah melalui seleksi dan kadang tidak representatif walau tampaknya seperti kenyataan yang sesungguhnya.
2.    Media representation construct reality
Prinsip ini melibatkan hubungan antara bagaimana gambaran dunia yang ditampilkan oleh media dan bagaimana khalayak masyarakat sebagai konsumen mempersepsikan hal tersebut. Di saat khalayak tidak memiliki pengalaman langsung terhadap suatu hal yang ditampilkan media, maka media cenderung mengambil alih persepsi tersebut.
3.    Audiences negotiate them own meaning
Khalayak bukanlah penerima pasif dari pesan media. Melainkan khalayak menyaring isi dan pesan melalui jaringan yang kompleks dalam dirinya, dan dalam jaringan masuk ke dalam sistem keyakinan dan kepercayaan.
4.    Media constructions have commercial purposes
Isi media tidak lepas dari industri media. Media hanya memberikan apa yang khalayak inginkan.
5.    Media contains values and ideologies
Program televisi pada dasarnya membentuk, mengandung, dan membawa suatu bentuk keyakinan dan kepercayaan. Televisi bisa menjadi sistem pengajaran tambahan yang membentuk budaya.
6.    Media messages have sosial and political consequences
Prinsip ini berbicara seputar hubungan antara citra dan pengaruh isi dan akibatnya. Media menampilkan, membentuk, merefleksikan, dan memperkuat realitas. Media memberikan gambaran, baik kulitas maupun kuantitas, dari kelompok maupun individu yang ada.
7.    Each medium has unique aesthetic form
Prinsip media literacy ini berhubungan dengan bagaimana individu mengerti karakteristik yang unik dari setiap media dan bagaimana karakteristik itu dapat mempengaruhi isi yang ditampilkan. Sebagai contoh, televisi dengan kemampuan visual dan audio dapat memberikan gambaran lebih lengkap tentang sebuah peristiwa dibandingkan dengan radio yang hanya mengandalkan kemampuan audio.
Dalam konsepsi ini, maka terpaan media (media exposure) dipandang sebagai faktor risiko sedangkan tanggapan yang menjadi indikasi media literacy merupakan faktor pelindungnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar