Rabu, 04 Januari 2012

Masihkah Kita Perlu Bertanya?

Noviyanti Utaminingsih

“Kenapa harus Palestina?” “Kenapa menolong yang jauh, padahal yang dekat banyak juga yang harus ditolong?”

Pertanyaan ini mungkin ada di benak kita. Pertanyaan ini mungkin terlintas dalam pikiran kita ketika melihat acara-acara penggalangan dana untuk Palestina ataupun solidaritas Palestina yang dihadiri dan didukung banyak orang dan lembaga.

Sebuah pertanyaan yang mudah, namun tak semudah itu bisa dijawab. Mengingatkan saya kembali pada beberapa kesempatan ketika saya bersemangat mem-posting tentang penggalangan dana untuk Palestina. Ada beberapa orang yang dengan pemikirannya masing-masing menanyakan hal itu.

Ada banyak orang yang menerima pendapat kalau Palestina harus dibantu tanpa bertanya. Banyak dari mereka cukup mendengar dan taat tanpa perlu bertanya banyak. Akan tetapi, banyak yang harus bertanya dulu?
Saya tak pernah menyalahkan itu, walau terkadang pertanyaan itu bernada sinis dengan dibumbui kata-kata yang tidak enak didengar. “Ngapain ngurusin negara lain, negara sendiri juga belum bener.” Atau “Emang, sih ga sekeren Palestina, ketika mengurus urusan negeri sendiri.” Dan banyak lagi.

Banyak alasan kita mendukung Palestina.
Dilihat secara universal, sudah dengan jelas, Israel menjajah Palestina, mengambil bagian demi bagian, menyiksa, menyandera, membunuh tanpa kenal usia atau jenis kelamin. Siapa pun mampu melihat apa yang terjadi sejak berpuluh tahun lalu, kejahatan-kejahatan Israel yang terus-menerus. Siapa pun akan tersentuh kemanusiaannya ketika nilai-nilai kehidupan dianiyaya. Agama apa pun bisa melihat kebiadaban Zionis Israel di Palestina.

Sementara dilihat dari sisi agama Islam, begitu banyak keutamaan-keutamaan yang harus kita perjuangkan di negeri yang diwakafkan untuk umat Islam ini. Ada Masjidil Aqsha yang merupakan kiblat pertama umat Islam, salah satu masjid yang diberkahi setelah Masjidil Haram dan Masjid Nabawi, dan tempat Rasulullah ‘transit’ dalam perjalanan Isra’ Mi’raj-nya, dan masih banyak lagi.

Masihkah kemudian kita bertanya? Karena dengan segala perasaan lemah kita sebagai bangsa Indonesia yang tak henti-hentinya diterpa musibah dan bencana, carut marut masalah korupsi yang tak jelas ujung pangkalnya, berkurangnya satu demi satu pulau, kemiskinan yang menjadi pemandangan sehari-hari dan banyak lagi. Tapi, sadarkah kita, keadaan kita masih lebih baik dengan mereka di sana.

Kemudian, akan menjadi absurd ketika kita mengetahui beberapa fakta tentang sikap bangsa Palestina kepada bangsa Indonesia. Ada beberapa contoh yang akan membuat kita tertegun. Ketika Padang mengalami gempa,  Palestina mengirimkan bantuan dan juga dokter-dokter. Saat terjadi gempa di Jawa Tengah dan sekitarnya, rakyat Gaza memberikan sumbangan. Saat letusan Gunung Merapi di Yogyakarta dan sekitarnya serta Tsunami di Mentawai, rakyat Palestina menyumbang masing-masing dua ribu dollar ke dua tempat tersebut.

Negara Palestina yang sedemikian kesusahannya di bawah penjajahan Zions Israel, tetapi masih peduli untuk membantu kita. Lalu, kenapa kita yang tidak di bawah jajahan siapa pun saat ini, membantu mereka. Kita yang berjalan dengan aman dan nyaman mendukung mereka yang saat ini hidupnya di bawah desingan peluru dan bom. Bukankah kita semua bersaudara? Bukankah kita menentang segala bentuk penjajahan?

Cobalah membuka sedikit mata ini untuk melihat apa yang terjadi. Sambil mengingat 67 tahun lalu kemerdekaan Indonesia, Palestina adalah salah satu negara yang mendukung kemerdekaan Indonesia. Mufti Agung Palestina, Syaikh Amin Al-Husaini menyerukan kepada seluruh pemimpin Arab untuk memberikan pengakuan dan mengulurkan bantuan untuk Republik Indonesia yang baru berdiri. Syaikh tersebut juga memimpin Lajnah Difa’i An Indonesy (Dewan Pendukung Kemerdekaan Indonesia) yang didirikan pada 16 Oktober 1945.

Masihkah kita perlu bertanya, “Kenapa harus membantu Palestina?”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar