Senin, 30 Januari 2012

WAKIL RAKYATKU DIMANA MATA HATIMU

Oleh : Suyadi


 Entah apa yang harus dituli untuk merangkai kata-kata, habis sudah kalimat apa lagi yang harus digoreskan.    Entah sudah berapa ratus kali mas media baik cetak maupun elektronik menulis dan menyuarakan tentang perilaku DPR sang wakil rakyat yang tidak menusiawi dan tidak ada perubahan dari mereka.
Setiap kali topeng-topeng  kebususkan mereka terbuka dan bau busuk menyengat terhirup oleh  public, sebagian dari mereka berkilah, sebagian lagi pura-pura terkejut, sebagian lagi menyalahkan orang lain dan sebagian lagi pura-pura tidak tahu.
Kemewahan yang diperoleh, kesejahteraan yang dirasakan dan penghasilan yang dinikmati oleh anggota DPR sang wakil rakyat berbanding terbalik dengan kinerja yang mereka hasilkan.
Kemewahan yang dipertontonkan anggota DPR bukan membuat rakyaat bangga, tetpi justru rakyat muak dan mau muntah rasanya.
DPR aakan membangun gedung baru bernilai Rp 1,1 Triliun, DPR merenovasi Toilet senilai Rp 2 Milyar, DPR merenovasi ruang rapat senilai Rp 20,7 Milyar, apakah anggota DPR sang wakil rakyat sudah  buta mata hatinya, mengingat jutaan rakyat yang diwakilkan tidak bisa makan tiga kali sehari, sekolah-sekolah banyak yang merana sudah tidak layak lagi untuk melajar dan mengajar.
DPR wakil rayatku, kami tidak merasa diwakili, karena orang-orang yang telah mereka pilih telah buta mata hatinya, dimana mata hatimu.
Namun tidak lupa doa dan harapan selalu ku panjatkan, semoga masih ada wakil rakyatku yang mau memikirkan rakyatnya.

*dikirim tanggal 29 Januari 2012

Selamat untuk saudaraku rakyat Mesir

Oleh :Suyadi


Kami tidak pernah melupakan dan Sejarah telah mencatat dengan tinta emas  bahwa, Mesir adalah Negara yang pertama kali mengakui Indonesia Negara Merdeka, tentu ada benang merahnya antara  Mesir dan Indonesia yaitau  Negara yang sama-sama berpenduduk mayoritas Muslim, merasakan bahwa kita bersaudara.
Mesir setelah ditinggalkan oleh Husni Mubarok terjadi kekosongan kekuasaan, pemilu diselenggarakan untuk mengisi kekosongan tersebut , setelah pengumuman pada akhir pekan lalu, Siapa yang  menyangka kalau pemilu di Mesir dimenangkan oleh Ikhwanul Muslim secara telak dengan melalui partanya , yaitu Parta Keadilan dan Pembebasan yang ketika Husni Mubarok berkuasa merupakan Partai terlarang.
Dalam pemilu Majelis Rendah Ikhwanul Muslim menang 47,18 persen suara  memperoleh 235 kursi dari kursi yang tersedia.     Kalangan Barat dan Amerika sangat menghawatirkan dengan kemenangan Partai Islam di Mesir karena akan mendorong akan terbentuknya Negara Islam.
 Seharusnya kalau Amerika dan Negara Barat benar-benar Negara yang menjunjung tinggi Demokrasi dan dengan seribu alas an Amerika dan Negara barat selalu menggembor-gemborkan Demokrasi dengan menjadi polisi dunia dan seenaknya masuk kewilayan Negara lain dengan merusak, membunuh dan menghancurkan segalanya dengan alas an atas nama  Demokrasi, harusnya menerima kenyataan gerakan Islam tidak dapat dibendung dengan kekuatan apapun juga.
Amerika dan Negara Barat seharusnya mendukung rakyat Mesir yang telah mejalankan pemilu dengan demokratis, dan menerima kemenganan Ikhwanul Muslim dengan partainya Keadilan dan Pembebasan (EJP) serta mendorong perkembangan ekonominya sehingga saudaraku rakyat mesir dapat menghirup udara segar sesuai dengan aqidah Islamiah dan Negara yang sejahtera,  makmur dan selalu mendapat limpahan Rahmat dan Ridhonya Allah swt.





*dikirim 29 Januari 2012

Sabtu, 28 Januari 2012

Absourd : Berisik, Israel Cari Cara Matikan Adzan

Mundhahri Purwo / 01.08.040 / stida semester VII

Pemerintahan Israel yang dipimpin oleh Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, adalah sosok yang kotroversial. Dimana kebijakan pemerintahan yang dipimpinnya selalu membuat kegaduhan dunia, khususnya dunia Arab yang notabene pemeluk agama Islam. Keberadaan Israel dengan Zionesmenya telah memporak porandakan kebebasan rakyat Palestina. Tanah air dan segala yang di dalamnya dirampas dengan paksa oleh Israel dari tangan rakyat Palestina. Yang kini hanya tertinggal semangat jihad disetiap dada rakyat palestina untuk pembebasan bumi para anbiya.
HAM yang didengungkan Amerika sekutu Israel, selalu membela kepentingan Israel terhadap kepentingan Palestina. Penindasan yang dilakukan Israel terhadap Palestina, selalu dibenarkan oleh Amerika. Sebaliknya perlawanan yang dilakukan rakyat Palestina untuk membela tanah airnya dianggap sebagai tindakan pelanggaran HAM oleh Israel dan sekutunya.
Begitupun masalah-masalah kecil dibesar-besarkan, sehingga opini mendorong dunia untuk menyudutkan Palestina. Dengan segala kemampuannya Israel selalu menghadang segala akitifitas pejuang-pejuang dan rakyat Palestina, dalam menjalani aktifitas.  Termasuk aktifitas beribadah, pembatasan yang dilakukan mulai dari kunjungan terbatas  masuk ke masjid Al-Aqsa, penutupan tempat ibadah  yang diberlakukan Israel, hingga pelarangan Adzan dengan pengeras suara.
Tidak kalah hebatnya lagi seorang pejabat pemerintahan Israel membuat opini yang sangat bertentangan dengan actual dilapangan dengan mengatakan “Pemerintah Palestina akan menyambut baik hal ini, banyak juga warga Palestina juga mengeluhkan tentang suara keras ini ” .
Nilai-nilai Islam sangat kuat mewarnai kehidupan rakyat Palestina, suara Adzan yang berkumandang di Palestina dan terus berkumandang seantero dunia, sambung menyambung dan tidak akan terputus hingga kiamat tiba. Akan menambah kekuatan rakyat Palestina untuk tetap berjihad di jalan Allah SWT, untuk membebaskan bumi Islam dari tangan keji Zionis Israel. Dan kehancuran Israel, sudah tampak di depan mata. Sebagai mana yang dijanjikan Allah. Wallahualam.


BOUNDARY SPANNING LEADERSHIP MENENTUKAN TINGKAT DAYA SAING NEGARA

Oleh TEGUH DJATMIKO
NIM : 01.08.057



Berdasarkan data Global Competitivenes Index (GCI), Indonesia menempati urutan 54 dunia index daya saing globalnya dengan skor 4,26; Kontras dengan peringkat negeri kecil tetangga, singgapura, yang menempati posisi 3 dunia. Apalagi lagi jika kita bandingkan dengan beberapa negara maju di Eropa, maka kita jauh tertinggal.  Meskipun demikian, Indonesia masih memimpin jika dibandingkan dengan vietnam dan kamboja. Sedangkan berdasarkan data IMD World Competitiveness Index Yearbook 2010, peringkat daya saing Indonesia menempati posisi 35 dunia dengan nilai 60,745 dan sangat tertinggal jauh dari tetangga kita singgapura yang menempati posisi pertama dunia dengan nilai 100. 
Upaya pemerintah dalam peningkatan daya saing ini masih mengalami banyak kendala. Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) versi pemerintah SBY-JK, industri manufaktur Indonesia menghadapi masalah struktural sebagai berikut. Pertama, masih sangat tingginya kandungan impor bahan baku, bahan antara, dan komponen untuk seluruh industri. Kedua, lemahnya penguasaan dan penerapan teknologi karena industri kita masih banyak yang  bertipe "tukang jahit" dan "tukang rakit". Ada beberapa perusahaan besar yang sangat terkenal di Dunia memanfaatkan Indonesia sebagai salah satu pusat produksinya, memang untuk itu secara umum ekonomi Indonesia terbantu dari sisi penyediaan tenaga kerja namun disisi lain tenaga kerja yang banyak terserap hanya operator penggunaan tehnologi rendah. Ketiga, rendahnya kualitas sumber daya manusia (SDM) sebagaimana tercermin dari tingkat pendidikan tenaga kerja industri. Keempat, belum terintegrasinya usaha kecil menengah (UKM) di Indonesia dalam satu mata rantai pertambahan nilai dengan industri skala besar. Andaikata seluruh industri besar bisa ditopang dan terintegrasi dengan UKM maka produktifas dalam negeri akan meningkat sangat tajam, angkatan kerja akan sangat banyak terserap untuk itu. Kelima, kurang sehatnya iklim persaingan karena banyak subsektor industri yang beroperasi dalam kondisi mendekati "monopoli", setidaknya oligopoli. Oleh karena itu,apabila kita ingin berbicara banyak dalam pasar global, mau tidak mau distorsi yang menghalangi fair competition harus dihilangkan. Sudah saatnya proteksi bagi industri yang tidak efisien dan "jago kandang" dihilangkan, setidaknya dikurangi porsinya.
Momentum liberalisasi perdagangan dunia dan disepakatinya WTO agaknya merupakan external pressure untuk meniadakan berbagai proteksi yang menimbulkan ekonomi biaya tinggi. Ini perlu dibarengi dengan berbagai persiapan kelembagaan, infrastruktur, dan suprastruktur dalam upaya meningkatkan daya saing di pasar global. Pengembangan usaha kecil dan koperasi sebagai basis ekonomi kerakyatan merupakan salah satu langkah strategis yang perlu ditindaklanjuti dengan langkah nyata dan tidak hanya berhenti pada retorika politik.
OECD (Organisation for Economic Co-operation and Development) mendefinisikan daya saing sebagai tingkatan di mana suatu negara, dalam kondisi pasar yang bebas dan adil, dapat menghasilkan barang dan jasa yang berhasil dalam pasar internasional, yang secara simultan juga mampu memelihara dan memperluas pendapatan riil masyarakatnya untuk periode jangka panjang. Sementara itu, Institute for Management Development (IMD) (Garelli, 2003) menggunakan “definisi bisnis” sebagai “definisi “praktis” tentang daya saing sebagai “bagaimana suatu bangsa/negara menciptakan dan memelihara suatu lingkungan yang dapat mempertahankan daya saing perusahaan-perusahaannya.”
Pada tingkat makro, beberapa indikator biasanya digunakan untuk menelaah daya saing negara. Bank Dunia (World Bank, 2001) misalnya menyampaikan beberapa pengukuran daya saing, seperti:
•    Neraca perdagangan (trade balance)
•    Nilai tukar (exchange rate)
•    Upah (wages)
•    Ekspor (exports)
•    Aliran FDI (FDI flows)
•    Biaya tenaga kerja (unit labor costs).
IMD yang menganggap “definisi “praktis” daya saing sebagai “bagaimana suatu bangsa/negara menciptakan dan memelihara suatu lingkungan yang yang dapat mempertahankan daya saing perusahaan-perusahaannya,” menilai empat faktor utama penentu daya saing, yaitu:
•    Kinerja Ekonomi (Economic Performance).
•    Efisiensi Pemerintah (Government Efficiency).
•    Efisiensi Bisnis (Business Efficiency).
•    Infrastruktur (Infrastructure).
 Berdasarkan uraian di atas ternyata banyak hal yang mempengaruhi rendahnya index daya saing global,  dan salah satu yang di kemukakan di atas dan menurut saya merupakan masalah yang paling signifikan adalah masalah efisiensi pemerintah.  kerumitan birokrasi dan kurang terorganisasinya koordinasi antarlembaga negara adalah faktor utama penyebab tidak efisiennya pemerintah.
Prof. Firmanzah, Ph.D,  pada saat pengukuhan beliau sebagai Guru Besar dalam Ilmu Manajemen Strategik pada Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia di kampus UI Depok, rabu (18/08/2010) dalam pidatonya beliau mengatakan bahwa Upaya meningkatkan daya saing Indonesia membutuhkan strategi penataan hubungan kelembagaan. Baik lembaga di tingkat nasional, daerah maupun industri. Dikatakan juga bahwa pekerjaan ini merupakan tugas kolektif dari setiap elemen bangsa Indonesia.  Untuk menjelaskan hal ini beliau menyampaikan suatu teori yang disebut “Boundary Spanner”, dikatakan bahwa kemampuan “Boundary spanner” untuk secara aktif menjaga keterkaitan (linkage), kepercayaan (trust), kerjasama kelembagaan, berkomunikasi dan menyelesaikan konflik kelembagaan akan sangat menentukan kualitas koordinasi antar unit.
Pada tahun 2008 sampai dengan 2009, The Center for Creative Leadership (CCL) melakukan survey terhadap 128 senior eksekutif yaitu orang-orang yang berpartisipasi dalam program  CCL tentang Leadership.    Para eksekutif itu adalah senior level di organisasinya dengan 15 tahun pengalaman manajemen dan bertanggungjawab terhadap paling sedikit 500 pekerjanya. Beberapa pandangan yang terungkap dari pandangan para senior eksekutif itu adalah bahwa saat ini tantangan bisnis jangkauannya melewati batas-batas perusahaan sehingga membutuhkan kepemimpinan yang lebih baik.  Para senior eksekutif yang ikut dalam survey ini megetahui bahwa pemecahan masalah untuk tekanan tantangan bisnis sekarang berkisar dari krisis energi global kepada energi hambatan untuk mengarahkan inovasi, bersandar pada batas antara interseksi, horisontal, orang-orang berkepentingan demografi dan geografi.  Hasil survei ini juga menunjukkan bahwa sekitar 86 % senior eksekutif dalam study ini percaya adalah sangat penting bagi mereka bekerja efektif melewati batas2 aturan kepemimpinan yang mereka buat. Namun sebaliknya hanya 7 % dari eksekutif ini yang percaya bahwa mereka telah efektif dalam melakukan hal itu. Sehingga mereka percaya bahwa kedepan di butuhkan seorang pemimpin yang mengerti dan melaksanakan dengan efektif Kepemimpinan Boundary spanning.
Hasil penelitian ini juga menjelaskan katagori dari batasan batasan yang dungkapkan oleh senior eksekutif yang menjelaskan frekwensi bekerja didalamnya. Terdapat 6 jenis boudary dengan peringkat masing2 yaitu:
1.    Vertikal (Across levels and hirarchy) 7 %
2.    Horizontal Across funtions and expertise 71 %
3.    Stakeholder (beyond boundaries of the firm, with external partners) 17 %
4.    demographic (across diverse groups. Eg gender, ethnicity, nationality) 17 %
5.    geograpic (Across regions and locality) 26 %

Berdasarkan fakta-fakta, teori-teori dan penelitian-penelitian yang pernah dilakukan seperti dijelaskan di atas yang berkaitan dengan Boundary Spanning Leadership,  dan daya saing negara maka penelitian  komparatif mengenai hal tersebut dalam konteks baru yaitu bidang pelayanan publik antara negara maju dan negara berkembang menjadi hal yang sangat penting. Selama ini kita hanya merasa ada yang tidak beres dengan kemampuan Boundary Spanning Leadership para pemimpin kita terutama jika dikaitkan dengan daya saing global, namun kita belum pernah dapat mengidentifikasi secara pasti dan detail hal-hal apa yang bermasalah dan sangat mendesak untuk diperbaiki jika dibandingkan dengan negara maju.
Dengan dapat teridentifikasinya model Boundary Spanning Leadership pimpinan-pimpinan institusi pelayanan publik di Negara Maju dan berkembang khususnya kaitannya dengan daya saing suatu negara maka nantinya akan dapat dibandingkan kemampuan Boundary Spanning Leadership pimpinan-pimpinan institusi pelayanan publik Negara-negara maju dan berkembang, untuk kemudian dianalisa, dievaluasi dan di carikan solusi peningkatan kemampuan Boundary Spanning Leadership pimpinan-pimpinan institusi pelayanan publik Negara berkembang (Indonesia) terutama kaitannya dengan peningkatan daya saing negara bahkan bagi pimpinan nasional Indonesia.

ORANG NOMER 1 INDONESIA MENGUCAPKAN NATAL

Ermautie

Tanggal 25 Desember 2011 ini orang nomer 1 Indonesia mendatangi, dan mengucapkan selamat hari natal kepada kaum nasrani. Berita tersebut saya lihat di salah satu televisi  Indonesia, ironi memang dan amat sungguh menyedihkan seharusnya beliau bisa menjadi teladan bagi rakyatnya untuk mempunyai prinsip toleransi terhadap agama lain. Padahal sudah jelas bahwa haram hukumnya mengucapkan selamat hari raya kepada agama lain. Mengapa beliau tidak mengucapakan kata “Maaf saya tidak boleh mengucapakan selamat hari natal karena dalam agama islam di larang untuk mengucapkan selamat kepada hari raya agama lain”, dan menjelaskan tentang larangan mengucapkan selamat hari raya untuk agama lain. Padahal  sikap seperti itu lebih sopan, lebih menunjukkan sikap berprinsip dalam beragama, dan menjaga toleransi antar umat beragama.

Tugas II

Mata kuliah : jurnalistik
Nama             : Ari Susanti
NIM               : 01.08.008

Belum lama ini seorang ulama besar Mesir, DR. Yusuf Qardhawi, kembali mengeluarkan sebuah fatwa kontroversial yang menyatakan bahwa diperbolehkannya seorang wanita dan non muslim dalam pencalonan Presiden. Dalam fatwanya ini, Qordhawi menyatakan bahwa jika seorang perempuan memiliki hak untuk menduduki berbagai jabatan, semisal anggota parlemen, menteri, bahkan juga bisa menjadi seorang presiden. Logikanya jika perempuan adalah entitas yang paripurna, maka dia juga dapat memiliki hak sebagai calon Presiden, jelas Qardhawi.
Hal ini jelas menuai kontroversi di kalangan para ulama. Mahdi Akif, pucuk pimpinan tertinggi Ikhwanul Muslimin menyatakan bahwa tetap memuliakan pendapat Yusuf Qordhawi tetapi tetap merujuk pada fatwa ulama fiqih yang dianggap lebih selaras dengan manhaj Ikhwanul Muslimin. Sedang pendapat dari juru bicara bidang politik jamaah Ikhwanul Muslimin menyatakan bahwa, fatwa ini akan menjadi masukan bagi kami,  dan memang sudah seharusnya kami melakukan pembenahan.

Mendeteksi penyakit melalui kuku*

Ermautie
 
 
Kuku merupakan tulang lunak yang tumbuh di atas permukaan kulit, seperti pada jari-jari tangan dan jari-jari kaki. Ternyata kuku bisa menunjukan tanda penyakit pada bagian tubuh. Hal  ini  bisa  di lihat dari perubahan bentuk kuku dan warna kuku.
                Perubaha bentuk kuku seperti bentuk yang mengembung dan  cembung atau disebut dengan clubbing finger (jari-jari tabung) dapat diketahui pada diri tubuhnya terdapat kelainan di daerah paru-paru, seperti TBC,  bronchitis kronis, bisa juga kelainan pada jantung misalnya penyakit jantung bawaan.
                Warna kuku sering terjadi karena pigmen melanin yang dimiliki tubuh akibat proses pembentukan melanin berlebihan, atau juga disebabkan karena endapan zat lain yang berada di kuku. Kuku yang berwarna hitam bisa jadi karena tumor kulit yang ganas, peningkatan hormone MSH (yaitu  hormone yang merangsang pengeluaran melanin ), atau karena obat anti malaria. Kuku berwarna putih bisa disebabkan pengaruh dari penyakit tifus, penderita sakit ginjal, bisa juga karena jamur.
 
 
*dikumpulkan 27 Januari 2012

Pencuri*

Ermautie

Sebuah buku yang berisikan tentang pendidikan anak menuliskan kesimpulan pada cover belakang bukunya yaitu “ pakar psikolog dalam mengajarkan anak mengklasifikasikan mereka kedalam dua kategori, ketegori umur dan kategori karakter, karena dua anak yang sama umurnya belum tentu sama karakternya, dan dua anak yang berbeda umurnya sama karakternya”. Benar sekali tulisan tersebut,  karena saya merasakan itulah fenomena yang ada. Seperti kejadian anak kecil yang mengajari saya. Kejadian itu ketika saya sedang berada di sebuah lingkungan pelajar, saya bertemu dengan anak-anak tingkatan ibtidaiyah atau disebut juga SD. Salah seorang teman mereka ketahuan mencuri makanan di kantin, setelah diusut ternyata itu bukan yang pertama kalinya mencuri, sudah sering perbuatanl tersebut dilakukan olehnya, dan teman-temannya juga mengatehui sifatnya yang suka mencuri. Berita tersebut akhirnya diketahui oleh seluruh pelajar dari tingkat ibtidaiyah, mutawasitah, aliyah, mereka semua mencibir si pencuri tersebut, setelah kembali dari belajar, teman-teman anak pencuri itu mengajaknya untuk bermusyawarah membayar barang yang dicuri oleh temannya, dan mengatakan kepada teman yang mencuri “kamu kalo mau barang itu bilang aja sama aku, nanti aku beliin. Kalo aku gak bisa kasih nanti aku penjemim, aku temen kamu. Kalo mau pinjem izin dulu”.  Seperti guru yang amat mungil badannya tetapi sangat teladan untuk di contah, mendengar kata-kata itu dari mulut anak kecil yang umurnya jauh lebih muda dibandingka dari saya. 
 
 
*dikumpulkan 27 Januari 2012

Soto Ayam*

Ermautie

Di masjid dekat rumah saya sedang mengadakan gerakan untuk membentuk kampung madani, dan hal tersebut di prakarsai oleh seorang yang mempunyai peran  penting di lingkungan tempat tinggal saya. Tepat dua minggu yang lalu DKM bekerjasama dengan departemen agama mengadakan semimar tentang Kampung Madani,  di dalam pembahasan pembicara mengatakan “perbedaan itu jangan di perselisihkan karena menimbulkan perpecahan” aneh dan sangat mencengangkan pembicara mengupamakan perbedaan antara Muhammadiyah dengan NU seperti  soto ayam Jawa Timur dengan soto ayam Jawa Tengah. Dengan gaya bahasa orang yang berintelektual yaitu menggunakan istilah penginggrisan kata bahasa Indonesia agar terlihat lebih bergengsi, sehingga pendengar yang mendengarkan pembicaraan seperti terhipnotis dan membenarkan perkataan narasumber tersebut. Padahal itu perumpamaan itu tidak sebanding, apa mungkin perbedaan yang ada pada Muhammadiyah dengan NU seperti soto????????????....... Hellooooooooooo… itu Muhammdiyah dengan NU adalah  perbedaan fikiran bukan seperti soto yang berbeda rasa, yang artinya adalah keanekaragaman macam soto, sedangkan Muhammadiyah dengan NU mau disebut dengan keanekaragaan apa??????? Keanekaragaman fikiran?????????......
Lalu, bagaimana orang seperti saya yang orang awam harus menyikapi perkataan bapak tersebut, padahal menurut saya berbeda itu seperti yang haq dengan yang batil, yang benar dengan salah, dengan demikian perbedaan jangan diperselisihkan bukanlah solusi, semestinya perbedaan dan perselisihanharus DIHILANGKAN harus di cari mana yang benar dengan yang salah, disitulah akan terlihat persamaan yang mensejahterakan.  
*dikumpulkan 27 Januari 2012

Mengenal Tayangan Infotainment


(Maria Ulfah, 01 08 034)

Umumnya, masyarakat menganggap tayangan infotainment sebagai tayangan yang menyajikan berita tentang gosip, artis, maupun segala sesuatu yang berkaitan dengan dunia selebritis. Ade Armando dalam rubrik Resonansi  memaparkan bahwa istilah infotainment sebenarnya merujuk pada gaya menampilkan informasi sebagai hiburan. Lebih lanjut Ade menjelaskan bahwa tayangan infotainment lahir karena televisi sebagai perpanjangan industri media berupaya menyajikan hal-hal yang mampu menarik perhatian masyarakat sebesar-besarnya walaupun hal yang disajikan tersebut belum tentu hal-hal substantif yang terkait dengan kepentingan masyarakat luas. Yang menjadi pokok tekanan dalam tayangan infotainment adalah penampilan beritanya yang disesuaikan dengan aturan main program yang menghibur. 
Dari sudut pandang terminologi, kata infotainment merupakan gabungan dari dua buah kata yaitu information dan entertainment. Dengan batasan terminologi tersebut maka infotainment memang sepatutnya diartikan sebagai penyampaian informasi dengan cara yang menghibur. Dalam batasan lain, infotainment pun dapat diartikan sebagai tayangan yang mengkombinasikan unsur berita dan informasi dengan unsur hiburan.  Informasi tentang dunia hewan dapat dimasukkan dalam kategori ini.
Pendapat lain tentang batasan infotainment dikemukakan pula oleh Matt Nisbet. Dalam sebuah tulisannya, Nisbet memaparkan bahwa infotainment merupakan suatu bentuk soft journalism.  Dengan terminologi ini, Nisbet berupaya menjelaskan bahwa infotainment merupakan suatu bentuk tayangan yang memiliki ruang lingkup sangat luas. Berbagai jenis tayangan televisi dapat dikategorikan sebagai infotainment. Nisbet menyatakan tayangan tentang dunia hiburan, kriminalitas, metafisik, dan berbagai macam tayangan yang menyajikan hal-hal sensasional dapat dimasukkan dalam kelompok tayangan infotainment.
Berdasarkan definisi yang ada, maka tayangan infotainment dapat diartikan baik secara sempit maupun secara luas. Pendefinisian infotainment secara sempit merujuk pada pandangan masyarakat luas bahwa tayangan infotainment merupakan tayangan seputar dunia selebritis. Sementara itu, pendefinisian infotainment secara luas merujuk pada berbagai jenis tayangan yang menginformasikan sesuatu hal dengan cara menghibur.

Mengenal Konsep Media Literacy

(Maria Ulfah, 01 08 034)

Dalam media televisi, konstruksi atas realitas sosial menempatkan individu sebagai subyek sekaligus obyek dalam konstruksi sosial, yang senantiasa melakukan konstruksi sekaligus mendekonstruksi realitas di media. Media menciptakan kesadaran palsu (kesadaran yang diciptakan media televisi) melalui hegemoni ideologinya. Kesadaran itu akan diolah atau direproduksi individu dan pada pokoknya dimungkinkan untuk mengekpresikannya kembali dengan bebas. Seberapa besar kesadaran individu akan adanya konstruksi atas realitas sosial di media televisi ditentukan oleh kemampuan atau daya kritis individu itu sendiri. Tanggapan atau respon sendiri didefinisikan sebagai serangkaian reaksi dari penerima pesan setelah melihat dan mendengar pesan-pesan berikut kemasannya yang dikirimkan oleh pihak pengirim pesan. Tanggapan ini secara tidak langsung akan mencerminkan tingkat melek media (media literacy) karena melek media merupakan sebuah kondisi di mana seseorang memiliki kemampuan untuk mengakses, menganalisis, mengevaluasi, dan mengkomunikasikan pesan. Pengertian ini merupakan rujukan dari pakar komunikasi dalam National Leadership Conference on Media Litreracy yang diselenggarakan di Amerika Serikat tahun 1992.  Media literacy dapat pula didefinisikan sebagai kemampuan mempelajari bentuk normal dari suatu media, secara kritis merespons isi media dan membandingkan isi tersebut dengan kenyataan yang ada di luar. 
Pada dasarnya, kedua definisi di atas menunjukkan bahwa media literacy ditentukan oleh pengetahuan, kewaspadaan, dan rasionalitas dari suatu proses pengolahan informasi secara kognitif. Jadi media literacy terkait dengan cara individu menyeleksi sumber informasi, teknologi, kode yang digunakan, pesan-pesan yang diproduksi dan diseleksi, interpretasi serta pengaruh dari suatu pesan. Seseorang dapat dikatakan memiliki kemampuan media literacy apabila ia mampu mengevaluasi dan menganalisis isi media, baik cetak maupun elektronik. Fungsi utama dari media literacy adalah membangun kekebalan atau pertahanan dari beragam pengaruh media massa. Dalam konsep ini diasumsikan bahwa bahasa konsumsi yang kritis akan menghasilkan produk yang kritis pula.  Adapun prinsip-prinsip utama dari media literacy yang perlu dipahami adalah: 
1.    Media are construction
Media menampilkan gambaran dunia kepada kita namun gambaran itu telah melalui seleksi dan kadang tidak representatif walau tampaknya seperti kenyataan yang sesungguhnya.
2.    Media representation construct reality
Prinsip ini melibatkan hubungan antara bagaimana gambaran dunia yang ditampilkan oleh media dan bagaimana khalayak masyarakat sebagai konsumen mempersepsikan hal tersebut. Di saat khalayak tidak memiliki pengalaman langsung terhadap suatu hal yang ditampilkan media, maka media cenderung mengambil alih persepsi tersebut.
3.    Audiences negotiate them own meaning
Khalayak bukanlah penerima pasif dari pesan media. Melainkan khalayak menyaring isi dan pesan melalui jaringan yang kompleks dalam dirinya, dan dalam jaringan masuk ke dalam sistem keyakinan dan kepercayaan.
4.    Media constructions have commercial purposes
Isi media tidak lepas dari industri media. Media hanya memberikan apa yang khalayak inginkan.
5.    Media contains values and ideologies
Program televisi pada dasarnya membentuk, mengandung, dan membawa suatu bentuk keyakinan dan kepercayaan. Televisi bisa menjadi sistem pengajaran tambahan yang membentuk budaya.
6.    Media messages have sosial and political consequences
Prinsip ini berbicara seputar hubungan antara citra dan pengaruh isi dan akibatnya. Media menampilkan, membentuk, merefleksikan, dan memperkuat realitas. Media memberikan gambaran, baik kulitas maupun kuantitas, dari kelompok maupun individu yang ada.
7.    Each medium has unique aesthetic form
Prinsip media literacy ini berhubungan dengan bagaimana individu mengerti karakteristik yang unik dari setiap media dan bagaimana karakteristik itu dapat mempengaruhi isi yang ditampilkan. Sebagai contoh, televisi dengan kemampuan visual dan audio dapat memberikan gambaran lebih lengkap tentang sebuah peristiwa dibandingkan dengan radio yang hanya mengandalkan kemampuan audio.
Dalam konsepsi ini, maka terpaan media (media exposure) dipandang sebagai faktor risiko sedangkan tanggapan yang menjadi indikasi media literacy merupakan faktor pelindungnya.

Masyarakat, Televisi, dan Tayangan Popular


(Maria Ulfah, 01 08 034)

Dalam satu dasawarsa terakhir, dunia pertelevisian Indonesia mengalami perkembangan yang cukup pesat. Perkembangan tersebut antara lain ditandai dengan hadirnya sejumlah stasiun televisi baru yang mengusung beragam tema. Hingga awal tahun 2006 saja, masyarakat (khususnya di sekitar Jakarta) dapat menikmati tidak kurang dari sebelas televisi berskala nasional dan tujuh televisi berskala lokal . Tentunya, perkembangan tersebut dengan sendirinya menuntut insan pertelevisian untuk bersikap lebih kreatif dalam menyajikan beragam acara kepada khalayak pemirsa. Bagi stasiun televisi yang telah eksis, kreativitas tersebut akan membantunya mempertahankan setiap pemirsanya sedangkan bagi stasiun televisi yang baru, kreativitasnya dalam menyajikan beragam acara akan membantunya untuk merebut perhatian masyarakat luas serta membentuk pemirsanya yang setia.
Kehadiran sejumlah stasiun televisi di Indonesia (terlebih di sekitar Jakarta) memperoleh apresiasi tersendiri dari masyarakat luas. Masyarakat sebagai pemirsa menyambut kehadiran mereka dengan gembira. Kegembiraan tersebut tidak terlepas dari semakin banyaknya hiburan yang dapat dipilih masyarakat dengan biaya yang relatif murah. Beragam hiburan murah ini pun dipandang mampu menjadi tempat pelarian sementara bagi masyarakat yang ingin melepaskan diri dari berbagai rutinitas hidup keseharian yang melelahkan.
Televisi memang identik dengan hiburan. Hal ini tidak dapat dipungkiri karena semenjak ditemukan, televisi lebih berperan sebagai alat hiburan masyarakat. Namun, televisi tidak hanya berperan sebagai alat hiburan. Selain sebagai alat hiburan, televisi pun memiliki sejumlah fungsi lainnya.
Televisi berfungsi sebagai media untuk mendapatkan informasi. Hal ini dikemukakan antara lain oleh Joseph Dominick R dan Dennis McQuail. Di Indonesia, hal ini diperkuat oleh hasil survey AC Nielsen pada tahun 2001 yang memperlihatkan bahwa dibandingkan surat kabar dan radio, ternyata 80,4% dari total penduduk dewasa (di atas 15 tahun) lebih memilih televisi sebagai media untuk mendapatkan informasi . Televisi berfungsi pula sebagai jembatan atau medium yang mengkorelasikan dirinya dengan pemirsanya. Selain itu, televisi menjadi medium untuk melanggengkan dan mewariskan nilai-nilai budaya di dalam masyarakat. Fungsi lain yang diperankan oleh televisi adalah sebagai penunjuk arah pencapaian tujuan masyarakat dalam segala bidang kehidupan. Namun dari semua fungsi yang ada, Dominick dan McQuail menegaskan bahwa menghibur tetap menjadi fungsi televisi yang paling dominan.  Karena fungsi menghibur ini pulalah, televisi mampu menghipnotis pemirsanya untuk bertahan di depan televisi dan membuat masyarakat tidak bisa hidup tanpa televisi. Dengan demikian, peran televisi menjadi semakin dominan dalam kehidupan masyarakat.
Berpijak pada fungsi memberikan hiburan dan informasi, sejumlah stasiun televisi mengembangkan berbagai program acara baru untuk ditawarkan kepada khalayak pemirsa. Sebenarnya, program-program tersebut tidak sepenuhnya baru melainkan dibuat berdasarkan hasil duplikasi atau adaptasi dari tayangan stasiun televisi lainnya, baik dari stasiun televisi luar negeri maupun stasiun televisi dalam negeri yang telah mendulang sukses . Dalam perkembangannya, program-program tersebut dikategorikan sebagai program popular. 
Suatu program acara televisi disebut popular bila khalayak berminat dan minat ini akan menumbuhkan minat pengiklan. Suksesnya sebuah program akan menelurkan jenis atau model program acara yang hampir sama di berbagai stasiun televisi. Hal ini mencerminkan bekerjanya prinsip-prinsip ekonomi yakni hukum pasar (demand-supply). Program yang popular diasumsikan melejit karena adanya permintaan dari khalayak/masyarakat sendiri atas program-program tersebut. Artinya, pihak televisi mengaku hanya mencoba membaca selera masyarakat dan kemudian memproduksi serta mereproduksinya. Keluhan atau tanggapan negatif terhadap suatu tayangan yang ada, cenderung dianggap minor. Bagi pengelola media, tingginya rating acara-acara tersebut menjadi indikator utama tingginya permintaan pasar, khalayak pemirsa. Menariknya, apakah benar demikian? Apakah rating hanya sebagai strategi industri media demi kepentingan mereka? Bagaimana masyarakat menyikapi suatu program acara di televisi?
Seperti telah diungkapkan di atas, suatu program acara yang popular diasumsikan melejit karena tingginya permintaan masyarakat pemirsa. Dengan asumsi ini, maka keberadaan suatu program acara di televisi sangat ditentukan oleh tingkat minat masyarakat pemirsa. Dalam banyak kasus, asumsi ini terbukti benar karena terdapat beragam program yang akhirnya tidak mampu bertahan karena masyarakat tidak lagi meminatinya. Ketidakmampuan program tersebut untuk bertahan ditandai dengan semakin berkurangnya frekuensi dan intensitas penayangan suatu program dan dalam kasus tertentu, program acara tersebut akhirnya sama sekali tidak ditayangkan.
Sebagai contoh, sepanjang tahun 2004 tayangan bertema mistik, goyang dangdut, seksualitas, kriminalitas, dan talent show menghiasi hampir seluruh stasiun televisi Indonesia. Program-program acara dengan tema tersebut cenderung menguasai jam tayang televisi. Akibatnya, masyarakat pun menjadi terbiasa menyisihkan waktunya untuk menikmati program-program tersebut bersama anggota keluarganya. Namun di tahun 2005, program-program popular di atas mulai ditinggalkan masyarakat pemirsa dan pihak stasiun televisi terpaksa mempertimbangkan keberadaan tayangan-tayangan tersebut.
Tayangan bertajuk talent show tetap dipertahankan namun proses waktu untuk mencari orang-orang berbakat tersebut diperpanjang. Sementara, program-program acara kriminalitas dikembalikan ke model pemberitaan. Lain halnya dengan tayangan bertema seksualitas dan goyang dangdut. Kedua jenis tayangan ini semakin berkurang frekuensi penayangannya dan jam tayangnya pun dipindahkan di luar waktu utama (prime time). Lain lagi dengan tayangan bertema mistik. Berbagai stasiun televisi yang sebelumnya berlomba-lomba menyajikan tayangan yang identik dengan perburuan makhluk gaib tersebut, tidak lagi memberikan tempat bagi tayangan sejenis. Pihak media menggantikan tayangan-tayangan tersebut dengan program acara popular lainnya yang sedang diminati masyarakat yaitu tayangan bernuansa religi .
Turunnya minat masyarakat terhadap suatu program popular dipandang pihak media lebih disebabkan bergesernya minat masyarakat terhadap suatu tema tayangan . Pergeseran minat tersebut ditandai pihak media dengan menurunnya rating suatu tayangan. Ketika lembaga survey seperti AC Nielsen menyatakan rating suatu program acara menurun dengan tajam, maka program tersebut tidak lagi dinyatakan sebagai program popular. Dengan laporan hasil rating inilah, pihak media menghitung untung-rugi penayangan suatu program acara.
Terlepas dari persoalan rating, pergeseran minat yang berakibat pada perubahan pola tontonan masyarakat dapat disebabkan oleh banyak hal. Kejenuhan dan penolakan masyarakat terhadap materi suatu program acara merupakan dua faktor utama yang mempengaruhi situasi tersebut. Faktor kejenuhan terkait dengan tingginya frekuensi dan intensitas penayangan suatu program acara yang sedang popular. Sementara, penolakan masyarakat terhadap suatu program yang popular terkait dengan materi tayangan yang dianggap bertentangan dengan norma-norma yang dipegang teguh masyarakat seperti norma agama, sosial, dan budaya. Faktor terakhir inilah yang kerap kali lebih mampu menggeser keberadaan suatu tayangan di televisi. Sebagai contoh, tayangan bertema mistis ditentang beberapa pihak karena dianggap mampu merusak keyakinan seseorang sedangkan tayangan bertema goyang dangdut dan seksualitas ditolak sebagian anggota masyarakat karena dianggap mampu merusak moral bahkan menyuburkan pornografi dan pornoaksi. Uniknya, faktor kejenuhan maupun penolakan masyarakat seakan-akan tidak menyentuh keberadaan salah satu program popular lainnya yaitu tayangan infotainment.

Antara Mencicil HP dan Kambing Kurban


Noviyanti Utaminingsih


Arin tertegun merenungi, ternyata tahun 2011 akan segera berakhir. Masih terngiang di ingatan Arin ketika dirinya berniat berkurban tahun ini. Cita-cita yang tak lagi kesampaian seperti halnya tahun lalu. Arin memandangi rekening tabungannya. Pemasukan dari penghasilannya lumayan sudah, tapi pengeluarannya juga tidak sedikit. Entah kenapa, semenjak pendapatannya mulai bertambah, kebutuhan hidupnya pun juga terus meningkat.

Arin ingat, dulu ketika bekerja dengan disambi kuliah, Arin masih sempat menyisihkan sebagian uangnya untuk berkurban. Padahal Arin tahu benar, hampir setiap hari Arin harus jungkir balik dari pagi hingga malam. Paginya, Arin mengerjakan pekerjaan freelance di daerah Depok. Siangnya, musti berlari ke kampus yang jaraknya lumayan jauh di Jakarta Pusat. Hampir setiap hari begitu. Jadi, tak jarang ketika uangnya habis untuk ongkos-ongkos, Arin meminjam uang dari ibunya yang hanya mengandalkan gaji pensiunan janda.

Aneh, pikir Arin saat ini. Dulu, ketika kuliah dan kerja, Arin sanggup menyisihkan uang untuk kurban. Menabung tiap bulan dari 50.000 sampai 100.000 hingga pada bulan Dzulhijah, Arin bisa membeli kambing, walau hanya mampu kelas B. Sekarang, begitu Arin tidak lagi berkuliah dan hanya bekerja. Jangankan untuk berkurban, Arin bingung dengan begitu banyaknya kebutuhan yang tiba-tiba.

Banyak sekali keinginan dan kebutuhan Arin  yang tak terbendung. Sebagian sudah terlaksana, sebagian lain belum. Kalau dipikir memang ada beberapa kebutuhan yang benar-benar penting. Tapi, tak jarang juga, itu hanya sekadar keinginan semata.

Hidup prihatin yang Arin jalani saat itu mengajarkan Arin untuk mengatur uang sedemikian rupa dan menabung untuk bisa berkurban. Hidup berlebih di kemudian hari, sepertinya menenggelamkan Arin pada keinginan-keinginan yang belum tercapai sebelumnya.

Beberapa waktu lalu, Arin memiliki Hp dengan nilai jutaan rupiah, mencicil dari sebuah pusat penjualan elektronik. Hp sebelumnya telah rusak dan menurut Arin, itu adalah salah satu benda primer. Rencananya, setelah selesai mencicil Hp, Arin akan mencicil motor. Menurut Arin ini juga kebutuhan primer. Motor tersebut akan dipakai Arin untuk transportasi ke kantornya.

Tapi, kemudian Arin bingung. Hp-nya kini telah di tangan. Iklan motor bebek ada di meja belajarnya. Harga kambing yang ditawarkan kemarin tidak mencapai 800.000. tidak lebih dari harga Hp Arin. Tapi, ketika melihat tabungan, Arin tak lagi mendapatkan angka yang dia inginkan.

Arin jadi ingat, dia sempat mendapat nasihat dari pengajarnya dulu di kampus. Dosen Arin itu membenarkan kalau berkurban tampak berat begitu langsung mengeluarkannya dan memberi solusi dengan menabung terlebih dahulu. Seperti halnya Hp yang Arin cicil. Yang menjadi pertanyaan sekarang adalah kenapa mencicil Hp saja bisa, sedangkan berkurban seekor kambing yang nilainya pahala, justru tidak bisa.

=========================

Mungkin banyak orang yang mengalami apa yang dialami Arin. Begitu banyak keinginan dan kebutuhan di kala penghasilan sudah mulai meningkat. Aturan matematika, ketika kebutuhan cukup menjadi tidak berlaku. Entah karena pola konsumerisme yang mulai menggerogoti atau itulah pola ekonomi secara umum. Padahal, kalau dihitung matematika, dengan penghasilan Arin yang sekarang, dia bisa berkurban dengan mudahnya. Tapi, yang terjadi malah tidak bisa sama sekali. Arin berkutat pada kebutuhan pribadi. Seolah tak akan pernah usai dan tak ada habisnya

Pernahkah kita berpikir bersama. Seringnya, nilai uang menjadi cukup besar ketika kita ingin menyalurkan ke baitul Maal, tapi lain halnya ketika dibawa ke Mall. Nilai Rp20.000 menjadi besar ketika kita ingin memasukkan ke tabung di mesjid pada waktu sholat jumat. Tapi begitu kecil ketika kita bawa ke mall. Tidak cukup untuk beli sepatu, kalau makan pun hanya bisa beli paket murah meriah.

Banyak dari kita silau dengan kehidupan duniawi. Seolah-olah segalanya yang terpajang di etalase adalah kebutuhan kita. Padahal, sering itu hanya tipuan sesaat. Yah, pikiran saat itu, benda ini ”perlu”, tapi sebenarnya hanya ”ingin”.

Seyogyanya, ketika sanggup untuk mencicil kebutuhan duniawi, kenapa malah justru sulit mencicil tabungan akhirat. Kalau segalanya dimulai dengan menabung terlebih dahulu. kita bisa mendisiplinkan diri untuk memprioritaskan kebutuhan-kebutuhan.

Bahkan kita bisa saja memulai tabungan haji dari hari ini, bahkan bisa dimulai dengan nilai 5.000 perak. Saya teringat dengan tetangga saya yang mengais rezekinya dari berdagang di warung. Keinginannya begitu besar untuk pergi haji. Kemudian, ibu warung, biasa dia dipanggil, mulai bertanya pada tetangganya yang telah pergi haji. ”Nabung, Bu” Ibu warung pun mulai menabung dan siapa yang menduga. Akhirnya, biaya naik haji tersebut tertutup dengan rezeki yang tak diduga sebelumnya. Subhanallah, beliau sudah haji setelah beberapa tahun kemudian, beliau dipanggil oleh Allah Swt.

Subhanallah, kalau memang sudah niat untuk beribadah di jalan Allah, pasti ada jalan ke luar yang diberikan Allah. Seperti yang dialami bu warung dan Arin di masa prihatinnya. Sekarang, tinggal bagaimana kita mau memprioritaskan ke mana rezeki yang telah kita dapatkan dari Allah Swt.

Jumat, 27 Januari 2012

Kita Benar-Benar Sudah Lupa

Noviyanti Utaminingsih

Hari sudah menjelang siang ketika kaki ini mulai melangkah. Seorang teman dari luar kota datang ke Jakarta untuk tes masuk kerja. Aku diminta menemaninya. Aku lalui jalanan dengan perasaan gundah. Entah datang dari mana, rasanya ada sesuatu yang hilang dari diri ini. Sebuah semangat, semangat seorang manusia dalam mengais rezeki. Optimisme yang luntur karena beberapa persoalan yang tengah kuhadapi.
Penumpang dalam angkot hanya sedikit. Si sopir tetap melakukan usaha mencari penumpang dengan berhenti beberapa kali di pinggir jalan menunggu penumpang lainnya. Sering kuperhatikan, para sopir sambil menyetir mobilnya menghitung perolehan rezekinya. Tak lama, uang tersebut harus berpindah tangan ke pegawai SPBU karena harus mengisi bensin.
Ketika menaiki mikrolet menuju rumah, saya pernah mendengar seorang sopir yang mengobrol dengan teman sesama sopir di jalan raya yang padat, kalau dirinya akan berhenti menjadi sopir dan pulang kampung. Entah karena hidup sebagai supir tak mencukupi kebutuhan di Jakarta yang serba mahal, entah karena kemaceten di Jakarta yang kian memusingkan kepala. Apa lagi, rute mikrolet itu di daerah Kalimalang yang akan melewati banyak titik kemacetan.
Tidak hanya angkutan umum seperti mikrolet, bus, metromini yang setiap pagi dan sorenya dijejali penumpang, KRL ekonomi Jakarta Bogor pun sama, selalu dipadati hingga tak jarang para penumpangnya jadi target pencopetan. Seorang teman pernah mengeluhkan kondisi padatnya kereta api hingga dia mulai tak tahan lagi setiap hari ketika berangkat dan pulang kerja. Tapi, mau bagaimana lagi, kebutuhan harus dipenuhi dan dia adalah tulang punggung keluarga yang harus membiayai beberapa kebutuhan di rumahnya.
Setiap hari, pagi dan sore, orang-orang berjejalan di bus menuju tempat mengais rezeki. Ada juga yang sedang mencari pekerjaan. Para pegawai tahu akan digaji berapa tiap bulannya, tapi sering merasa kurang dengan penghasilan yang didapatnya. Di sekeliling mereka ada supir mikrolet, angkot metro mini. Di sana juga ada pedagang asongan, ojek, dan banyak lagi.. Bagaimana dengan para pedagang, supir dan lainnya. Apa mereka tahu akan dapat berapa.
Selama perjalanan aku disuguhkan banyak hal. Mengajakku untuk berpikir dan mengoreksi diri. Bagaimana rezeki itu datang dari Allah. Bagaimana, kita sebagai manusia harus selalu berusaha.
Saya tertegun menatap seorang pedagang asongan. Berapa ya uang yang akan dibawanya pulang. Apa cukup untuk makan hari itu? Atau berapa uang yang akan diserahkan sang supir untuk keluarganya nanti? Apa cukup untuk biaya sekolah anaknya? Hmmm, seperti halnya juga saya. Saya bukan orang gajian. Tiap bulan saya tak pernah tahu akan dapat berapa dari hasil kerja saya. Kadang hal itu membuat saya pesimis dan bingung, kadang membuat saya merasa bersemangat untuk berusaha terus.
”Rezeki itu di tangan Allah”. Kata-kata itu memang benar adanya, tapi klise terdengar bagi orang yang hidupnya kelelahan mengais rezeki setiap hari.
Setiap hari disibukkan dengan berbagai persoalan yang kian bertambah. BBM naik, sembako naik, anak mesti bayar SPP, biaya listrik naik sementara penghasilan tak juga bertambah dan korupsi tetap merajalela.
Kata-kata ”rezeki di tangan Allah” tak lagi menjadi penghibur di kala susah. Padahal, kalau kita meyakini, kita tak akan pernah takut melewati hari-hari kita. Baik sebagai karyawan, pedagang ataupun freelancer. Rezeki tak akan pernah tertukar, tinggal bagaimana kita menjemputnya. Rasanya sebagai manusia, kita tak akan pernah puas kalau tak bisa mensyukuri nikmat yang Dia beri.
Aku jadi ingat perbincanganku dengan seorang sahabat. Dia mengutip ucapan seorang motivator. Bahwasanya, yang sering mematahkan semangat kita terhadap rezeki atau penghasilan adalah besarnya ketergantungan kita terhadap kantor, orang lain, klien yang seolah-olah merekalah pemberi rezeki kita.
Astaghfirullah, kita benar-benar sudah lupa dengan kuasa-Nya.
Untuk seorang sahabat, Thanks for sharing.

Tugas III : Berita yang informatif

Nama             : Ari Susanti
NIM               : 01.08.008

Seperti yang sedang ramai diberitakan saat ini mengenai  seorang pengendara mobil  Xenia yang mabuk dan kemudian menyebabkan tewasnya 9 orang dan sedikitnya melukai  13 orang lainnya, membuat banyak sekali komentar yang muncul dikalangan masyarakat. Tidak saja dari pihak pemerintah tetapi  juga masyarakat awam, dan juga para selebritis tanah air.
Hampir semua pihak menyatakan rasa bela sungkawanya kepada keluarga korban dan menyesalkan apa yang sudah dilakukan oleh pengendara mobil, yaitu Afrina Susanti. Setelah dilakukan penyelidikan ternyata pada saat mengendarai mobil tersebut, dia dalam keadaan mabuk berat setelah berpesta semalam penuh. Mulai dari merayakan ulang tahun temannya disalah satu hotel di Jakarta, kemudian dilanjutkan dengan minum-minum di sebuah pub di kemang, dan tidak sampai disitu saja, masih kurang puas dilanjutkan lagi dengan berkaraoke di sebuah tempat karaoke di Jakarta Barat. Disinilah diidentifikasi bahwa AS telah mengkonsumsi psiko tropika jenis sabu-sabu.
Dalam keadaan mabuk yang sangat berat, AS dan teman-temannya mengendarai mobil kembali ke pub di Kemang karena salah satu mobil penumpang Xenia tersebut masih tertinggal di sana. Di perjalanan itulah, kejadian yang sangat memilikan terjadi. Tepat di halte depan tugu tani, Xenia tersebut lepas kendali dan menabrak sejumlah orang yang sedang berjalan menuju halte. Mereka tidak saja tertabrak, tetapi menurut sejumlah saksi mata, mobil tersebut dengan kecepatan diperkirakan 80 km/jam, sempat terguling yang menyebabkan beberapa orang terpental dan bahkan tertindih mobil. Inilah yang menyebabkan banyaknya jumlah korban, selain pada saat itu memang sedang waktunya orang-orang selesai berolahraga di monas dan hendak kembali ke rumah.
Hal ini jelas menimbulkan duka yang sangat dalam  terutama bagi keluarga korban. Akibat dari kesalahan satu orang menyebabkan derita yang dalam bagi sanak keluarga yang ditinggalkan maupun yang masih dirawat dirumah sakit.

KALAU SAJA JAKARTA PUNYA MRT


 Teguh Djatmiko
NIM : 01.08.057




Beberapa waktu yang lalu ketika mengantar dua orang putri saya melihat-lihat beberapa kampus terkenal di Singapore, saya merasa benar-benar dimanja oleh kenyamanan transportasi di sana. Singapore memiliki beberapa system transportasi yang sangat modern. Salah satunya adalah Kereta api bawah tanah, atau yang biasa mereka sebut MRT  (Mass Rapid Tranport).
Setibanya di Harbor Front dari Batam dengan menggunakan Kapal ferry kami langsung disuguhkan pelayanan informasi yang sangat mudah.  Kami menuju Information desk untuk menanyakan beberapa hal tentang Singapore dan mengambil peta jalur MRT. Setelah mengetahui informasi yang sangat sederhana dan berbekal peta jalur MRT itu kami bergegas menuju stasiun keberangkatan di bawah tanah mengikuti petunjuk arah yang selalu ada disetiap jalan yang kita lewati. Singapore memiliki beberapa jalur MRT yang melewati hampir seluruh daerah di Singapore. Setiap tempat di Singapore bisa diakses dengan cepat dan mudah serta murah menggunakan moda ini.
Setiap jalur MRT melewati banyak stasiun. Kebanyakan stasiun berada di bawah tanah. Semua stasiun memiliki kelebihan seperti; Jadwal yang tepat waktu, ruangan full AC, Eskalator, toilet yang sangat bersih dan wangi, akses untuk para penyandang cacat, akses ke mall, akses ke stasiun bis, akses kestasiun taksi, akses ke bandara, akses ke beberapa kampus terkenal, museum, dll.
Suasana di dalam kereta sangat nyaman. Ruangan kereta sangat dingin dan bersih. Terpampang tanda keterangan dilarang merokok, makan dan minum dengan sanksi denda yang sangat berat disetiap pintu gerbong. Operator selalu menginformasikan tentang perjalan kereta dari satu stasiun ke stasiun lainnya dengan menggunakan 3 bahasa yaitu China, Inggris dan Melayu. Meskipun penumpang padat pada beberapa stasiun namun kami selalu merasa nyaman dan aman
Kalau saja Jakarta punya MRT…….. Saya membayangkan setelah mengetik tulisan ini harus ke kampus, menikmati betapa macet, polusi dan panasnya Jakarta…….

Tugas I

Ari Susanti
NIM     : 01.08.008


Artikel :
Ada saatnya seseorang itu harus bisa untuk menghadapi suatu permasalahan sendiri. Karena tidak setiap saat ada orang yang bisa membantunya. Bisa karena memang tidak ada orang satupun atau kalau pun ada, orang tersebut tidak ada kemauan untuk membantu.
Dalam sebuah acara reality show yang sekarang sedang marak disiarkan, sering kita lihat kasus dimana seseorang itu benar-benar membutuhkan pertolongan. Tapi sepanjang kasus tersebut ditayangkan, hanya ada satu orang saja yang bersedia membantunya.
Misalnya kasus seorang ibu yang cacat tubuh tidak bisa berjalan, meminta bantuan seseorang untuk menunjukkan alamat yang sedang dicarinya. Hampir semua yang dimintai tolong menolaknya dengan berbagai alasan. Ada yang menjawab tidak tahu, sedang terburu-buru, atau bahkan ada yang tidak memperdulikannya sama sekali. Sungguh menyedihkan sekali.
Kalau kita memahami Islam secara benar, maka hal tersebut tidak lah akan terjadi. Jelas dalam Al Quran surat Al Nahl ayat 97, yang artinya adalah,”Barang siapa yang mengerjakan amal sholeh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan kami berikan balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih dari apa yang telah mereka kerjakan”.
Jika saja orientasi hidup manusia tidak hanya memikirkan dirinya sendiri, dan berpikir bahwa hidup didunia hanya sebentar, maka bisa jadi dunia ini akan lebih terasa tentram dan damai. Semua orang akan berusaha yang terbaik bagi dirinya dan juga utamanya bagi orang lain. Hal ini juga akan mengurangi  jumlah orang yang egois dalam pengertian mementingkan diri sendiri.
Dunia akan terasa damai, orang-orang akan banyak yang tersenyum, kehidupan bermasyarakat akan lebih nyaman, berkurangnya perselisihan,  dan yang pastinya lagi, Allah akan memberikan balasan surganya yang indah bagi orang-orang yang mau tolong menolong dalam kehidupannya.

Narkoba

Zaedah

Akhir-akhir ini kata tersebut memang seolah menjadi trending topic di berbagai media massa baik media cetak (majalah, koran, tabloid), elektronik (radio, televisi), maupun media sosial (blog, jejaring sosial, BBm).  Hal ini tak lepas dari adanya peristiwa  tabrak maut di kawasan Tugu Tani yang menyebabkan sedikitnya 9 orang tewas, dan beberapa orang terluka. Yah, si pengendara mobil (Afriani Susanti) ternyata dalam pengaruh narkoba saat mengemudikan mobilnya.


Ilustrasi gambar dari google
Narkoba (Narkotika dan obat-obatan terlarang) memang telah menjadi musuh utama di berbagai negara termasuk di Indonesia. Narkoba telah berubah menjadi momok yang menakutkan bagi generasi muda, karena bahaya narkoba bisa membuat si pemakai tertidur, tidak sadarkan diri, berhalusinasi, dan kecanduan. Narkoba juga bisa memacu organ tubuh seperti jantung dan otak untuk bekerja diluar batas normal sehingga lama kelamaan syaraf akan rusak dan menyebabkan kematian.



Ilustrasi gambar dari google
Tak salah jika kemudian muncul “gaung” anti narkoba.  Berbagai organisasi anti narkoba pun bermunculan baik di kota besar maupun dipedesaan. Namun demikian, peredaraan narkoba tetap bak jamur di musim hujan.  Bahkan tak sedikit warga negara asing yang mendirikan pabrik ekstasi di Indonesia, atau menyelundupkan narkoba jenis lain ke wilayah Indonesia. Mungkin karena mereka beranggapan bahwa Indonesia merupakan pasar potensial untuk barang-barang haram tersebut.
Jerat narkoba memang telah menghipnotis berbagai kalangan masyarakat di Indonesia. Dari rakyat jelata, kalangan artis, maupun para pejabat telah banyak yang terperosok ke dalamnya. Bahkan di dalam Lembaga Pemasyarakatan (LP) pun barang-barang haram ini masih bisa beredar.
Lantas bagaimana kita bisa terhindar dari jerat narkoba?
Untuk bisa terhindar dari jerat narkoba, kita terlebih dahulu harus tahu apa itu narkoba dan bagaimana pengaruhnya. Informasi semacam ini penting, karena dengan tahu bahayanya, kita akan berusaha menghindarinya. Katakan “Tidak” jika mendapat tawaran untuk mengkonsumsi narkoba. Jangan sekali-kali iseng mencobanya. Berhati-hatilah dalam pergaulan, karena dari pergaulan yang salah bisa menjerumuskan kita ke dalam jerat narkoba. Gunakan waktu luang untuk melakukan hal-hal yang positif.
Bagaimana jika kita sudah terjerat/kecanduan narkoba?
Dewasa ini memang banyak sekali pesantren yang dikhususkan bagi orang-orang yang kecanduan narkoba, atau klinik rehabilitasi bagi para pecandu narkoba. Namun jika sipemakai (pecandu) tersebut tidak berkeinginan kuat dalam hatinya untuk sembuh, maka semua usaha niscaya akan sia-sia.
Hal ini dialami sendiri oleh keluarga teman saya (sebut saja A). Kakak si A (sebutlah si B) ternyata juga ketahuan mengkonsumsi narkoba (jenis ekstasi). Beberapa dokter dan klinik rehabilitasi sudah pernah dikunjungi. Bahkan anjuran seorang psikiater untuk memberikan pekerjaan yang ringan namun rutin (berkesinambungan) kepada si B pun pernah dicoba. Namun semua usaha sia-sia, karena si B sendiri tidak berniat untuk sembuh.
Hasilnya tentu akan berbeda jika si B memang betul-betul insyaf dan niat ingin sembuh dari ketergantungan barang haram tersebut. Tengoklah beberapa oknum artis yang mantan pemakai!. Setelah benar-benar insaf, mereka bisa kembali meniti karier keartisan mereka kembali. Bahkan tak sedikit yang bisa sukses sesudahnya.
Narkoba memang menyesatkan dan terbukti merusak semuanya. Bukan saja merusak masa depan si pemakai, namun juga menjadi aib buat keluarga. Mari kita kuatkan iman kita agar terhindar dari jerat narkoba!
Tugas menulis III Jurnalitik
Disusun oleh Zaedah
NIM 01.08.063