Selasa, 27 Desember 2011

PENGGUSURAN DI JALUR KERETA API : POTRET MINIMNYA PRASARANA TEMPAT TINGGAL


Oleh: Arief Muslim


Saat ini sektor perumahan di serahkan sepenuhnya kepada mekanisme pasar, sehingga properti hanya terjangkau oleh mereka yang mapan secara ekonomi, sedangkan mereka yang lemah secara ekonomi, berjuang setengah mati untuk mewujudkan impian mereka.
Padahal seharusnya sektor properti di fasilitasi dan di atur oleh pemerintah sehingga pemerataan kebutuhan papan bisa mencapai semua kalangan.
Contohnya yang menimpa Ani (34th) rumah atau tepatnya di sebut tempat berteduh yang telah di huninya selama hampir 20 tahun, di gusur paksa oleh PT. KAI. Memang tanah itu milik PT. KAI, tapi untuk pindah ke tempat lain lagi Ani rasanya hanya impian. Akhirnya ia bersama suami Amin (36th), membangun kembali tempat berteduhnya di lokasi yang tak jauh dari tempatnya di gusur. Namun tentu saja dengan bentuk yang lebih sederhana. Hanya sebuah dipan yang di tutup terpal seadanya, dan dinding dari bekas spanduk.
Kini Ani dan suaminya, sehari-hari mengandalkan penghasilan dari berjualan mie rebus dan kopi di depan rumahnya. Pembelinya adalah orang-orang yang biasa berjudi di pinggir rel kereta api. Entah kapan semua ini akan berjalan, mungkin sebulan atau dua bulan. Lalu ia harus kembali memikirkan kemana harus pindah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar